Pacu Jalur Kuantan Singingi
Pacu Jalur adalah budaya dari
daerah Kuantan Singingi Provinsi Riau yang merupakan suatu perlombaan mendayung
di sungai yaitu sungai Kuantan dengan menggunakan sebuah perahu panjangnya
sampai 60 Meter yang terbuat dari kayu panjang
yang utuh. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 60 meter dan lebar bagian
tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, budaya pacu jalur ini sudah berumur 100 tahun
lebih yang mana pertama kali diadakan adalah untuk memperingati acara ulang tahun ratu Belanda
dan setelah indonesia merdeka pacu jalur diadakan pada bulan agustus untuk
memperingati kemerdekaan indonesia yakni sekitar tanggal 23-26 Agustus,
diadakan Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional
Kabupaten Kuantan Singingi,Riau bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia.
Pacu jalur dilakukan di Sungai Kuantan
kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilang sangat meriah Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh
kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari
penghidupan selama setahun. Masyarakat Kuantan Singingi dan sekitamya tumpah
ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini.
Hal ini tak lepas dari catatan
panjang sejarah, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu
Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir, telah digunakan sebagai
jalur pelayaran jalur sejak awal abad ke-17. Dan, di sungai ini pulalah
perlombaan pacu jalur pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur
bentuknya mengikuti aliran Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan
sekitar 1 km yang ditandai dengan enam tiang pancang.
Selain sebagai acara olahraga
yang banyak menyedot perhatian masyarakat, festiyal Pacu Jalur juga mempunyai
daya tarik magis tersendiri. Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang
merupakan hasil budaya dan karya seni khas yang merupakan perpaduan antara
unsur olahraga, seni, dan olah batin. Namun, masyarakat sekitar sangat percaya
bahwa yang banyak menentukan kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin
dari pawang perahu atau dukun perahu. Keyakinan magis ini dapat dilihat dari
keseluruhan acara ini, yakni dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu,
penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh
ritual-ritual magis. Pacu Jalur dengan demikian merupakan adu tunjuk kekuatan
spiritual antar dukun jalur. Selain perlombaan, dalam pesta rakyat ini juga
terdapat rangkaian tontonan lainnya, di antaranya Pekan Raya, Pertunjukan
Sanggar Tari, pementasan lagu daerah, Randai Kuantan Singingi, dan pementasan
kesenian tradisional lainnya dari kabupaten atau kota di Riau.
Perlombaan Pacu Jalur Taluk
Kuantan memakai penilaian sistem gugur. Sehingga peserta yang kalah tidak boleh
turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk
mendapatkan pemenang utama. Selain itu juga menggunakan sistem setengah
kompetisi. Di mana setiap regu akan bermain beberapa kali, dan regu yang selalu
menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya. Perlombaan meriah ini
dimulai dengan tanda yang cukup unik, yaitu dengan membunyikan meriam sebanyak
tiga kali. Meriam ini digunakan karena bila memakai peluit, suara peluit tidak
akan terdengar oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan riuh penonton
yang menyaksikan perlombaan.
Pada dentuman pertama jalur-jalur
yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garis start dengan anggota
setiap regu telah berada di dalam jalur. Pada dentuman kedua, mereka akan
berada dalam posisi siap (berjaga-jaga) untuk mengayuh dayung. Setelah wasit
membunyikan meriam untuk yang ketiga kalinya, maka setiap regu akan bergegas
mendayung melalui jalur lintasan yang telah ditentukan. Sebagai catatan, ukuran
dan kapasitas jalur serta jumlah peserta pacu dalam lomba ini tidak dipersoalkan,
karena ada anggapan bahwa penentu kemenangan sebuah jalur lebih banyak
ditentukan dari kekuatan magis yang ada pada kayu yang dijadikan jalur dan
kekuatan kesaktian sang pawang dalam "mengendalikan" jalur.
No comments